Tampilan Bisa Menipu Dalam Pencitraan Makanan | SHUTTERSTOCK

Pencitraan Sejati

author
Semy
Sabtu, 8 Desember 2018 | 10:56 WIB

 

Jangan bahas politik, Semy! Ini web kuliner. Iya… Iyaaa… Ingat, kok. Tetapi pencitraan bukan melulu soal politik. Dunia masak-memasak juga kenal pencitraan.

Kemarin waktu saya bikin singkong goreng merekah yang ditutup sambal taichan dan keju mozzarella, putri saya bilang, “Hmmm…pencitraan sejati.” Wkwkwk, toh, sepiring singkong pedas gurih itu ludes dalam sekejap.

Kapan waktu, saya bikin puding lapis, tetapi karena disambi-sambi, lapisannya lepas-lepas. Para pembuat puding tahu apa sebabnya. Lapisan berikutnya dituang saat lapisan sebelumnya sudah terlalu keras sehingga tiap lapisan tak bisa saling mengikat.

Waktu anak saya mau menyantapnya, “Eiiittt, tunggu dulu, hati-hati ngambilnya, bisa lepas. Kalau memang lepas-lepas, kenapa nggak dibiarin aja. Pencitraan mulu,” begitu komentarnya. Karena enak, puding lapis itu tetap disikatnya.

Masih soal puding, suatu hari karena ada Kakak yang panen jagung, saya bikin puding jagung. Agar warnanya menarik, saya tambahkan sedikit air kunyit, hasilnya menarik sekali. Ketika dimakan, ada lo, yang protes, “Kirain puding mangga. Huuuh, dapur kita ternyata penuh pencitraan,” kata anak saya yang lain.

 

Kue Cantik Belum Tentu Enak | SHUTTERSTOCK

 

Wkwkwk, tak apa. Toh, pencitraannya positif. Pernah tertipu dengan tampilan sponge cake di toko kue? Teksturnya halus banget. Wah, pikir saya pasti superlembut, nih. Begitu dimakan nyangkut di leher. Tak usah dianalisis di laboratorium. Itu sudah pasti kebanyakan emulsifier. Tujuannya menimbulkan citra lembut tadi. Nah, pencitraan yang kayak gini, tak bakal ada di dapur saya. Yakin!