Mi Instan Yang Tidak Pernah Kehilangan Fans | SHUTTERSTOCK

Keajaiban Mi Instan

author
Semy
Jumat, 12 Juli 2019 | 13:13 WIB

 

Entah sejak kapan, kalau terbangun tengah malam, saya sering menghirup aroma mi instan. Jelas bukan dari dalam rumah, tetapi dari dapur tetangga di sebelah atau juga tetangga di perkampungan luar kompleks. Aroma mi instan sangat khas sehingga tanpa melihat pun kita sudah tahu bahwa bau sedap itu datang dari mi instan merek A, misalnya.

Tahu enggak, aroma itu selalu melontarkan saya jauh ke belakang. Saya masih kecil waktu sebuah perusahaan mi instan berdiri di Indonesia. Dalam ingatan saya yang tidak terlalu panjang, hadirnya mi yang tinggal rebus dan sudah berbumbu ini disambut meriah.

Hei, ada mi tinggal rebus dengan bumbu yang sudah pas takarannya dan enak rasanya. Tak perlu lagi menunggu tukang mi tek tek yang kadang lewat pas lagi lapar, kadang telat lewat sehingga terpaksa hanya menggoreng telur.

Ada seorang tetangga yang berbaik hati mengumpulkan pesanan lalu pergi ke pabriknya membeli berdus-dus mi instan. Kenapa harus di pabrik? Entahlah. Mungkin harganya lebih murah jauh atau pendistribusiannya belum luas karena baru berdiri.

Apa akibat dari niat baik itu? Hampir tiap rumah membuat mi instan. Ke mana pun melangkah, ada saja aroma yang sama. Jadi kalau sedang main di halaman rumah teman dan mencium bau itu, pasti ada teman yang nyeletuk, “Mamamu masak SM, ya?” Wkwkwk…

 

Aroma mi instan yan langsung bikin perut seketika jadi lapar. | SHUTTERSTOCK

 

Setelah besar, saya lebih kagum lagi pada mi instan ini. Aromanya, kok, konsisten betul, ya. Ndak berubah dalam puluhan tahun. Kedua, kok, aromanya bisa mengalir sampai jauh (seperti Bengawan Solo). Rumah sudah tertutup rapat, kok, tetap saja bisa ditembus. Aneh, tapi nyata.

Keajaiban berikutnya, si aroma mi instan itu bisa membangkitkan rasa lapar. Padahal perut sudah terisi. Kalau sedang kuat iman, cepat-cepat kembali ke kamar, tarik selimut, lantas membawa mi instan ke dalam mimpi saja.

Kalau sedang lemah iman, mau tak mau melangkah ke dapur. Buka lemari es atau freezer, cari jodoh mi instan. Entah itu bakso, pangsit, sosis, dan sayuran. Ibu mertua saya selalu bilang, mi instan yang harganya Rp 2500 di tangan saya jadi Rp 25 ribu. Wkwkwk…

Sambil menikmati mi instan Rp 25 ribu tadi, saya tak pernah lupa bersyukur. Sekarang makan mi instan bisa dilengkapi berbagai isian. Satu bungkus dilahap sendiri. Dulu ketika kecil, boro-boro membuat mi instan yang sarat isi, makan semangkuk pun berama-ramai. Tapi nikmatnya ternyata sama, lo.

Dan rahasia aroma ajaib yang bisa mengalir sampai jauh itu tetap saja tak terjawab.

 

Baca juga:

Makan mi instan yang enggak standar, coba bikin dari Resep Sate Balok ini.

Sate Balok | ROMY PALAR/COOKIN.ID

Coba bikin Resep Ramen Cah Brokoli dari mi instan, yuk, pasti enak!

Ramen Cah Brokoli | ROMY PALAR/COOKIN.ID