Rantang, Si Pembawa Makanan Yang Ramah Lingkungan | SHUTTERSTOCK

Balada Si Rantang

author
Semy
Selasa, 18 Desember 2018 | 09:00 WIB

 

Dulu orang tidak menggunakan plastik untuk membungkus makanan. Saya ingat ketika kecil, membawa rantang kalau mau membeli bakso atau soto. Rantangnya bersusun sehingga kuah dan sayurannya bisa dipisah.

Sekarang kita semua bergantung pada plastik. Alangkah baiknya kalau kita kembali membiasakan membawa rantang kalau akan membeli makanan matang.

Karena membeli makanan membutuhkan rantang, maka tak heran kalau di dalam sebuah rumah punya rantang yang ukurannya berbeda-beda. Dari yang kecil sampai yang besar.

Suatu hari saya diminta Kakak membeli es. Di kota kelahiran saya ada es koktail yang dicampur kolang-kaling, kelapa muda, dan cincau hitam. Enak rasanya, segar. Masih terbayang sampai sekarang.

Kami tak cukup punya uang untuk jajan sehingga kalau ada kakak yang kebetulan punya uang berlebih, kadang kita beramai-ramai memutuskan membeli sesuatu yang enak. Saya anak bungsu, anak bawang, hanya jadi tukang yang disuruh-suruh. Maka saya dibekali rantang ukuran menengah untuk membeli sebungkus es koktail.

 

Anatomi Rantang Dari Samping | SHUTTERSTOCK

 

Ada alasannya mengapa tidak membawa rantang kecil untuk sebungkus es. Sebelum pergi saya dibekali pesan berkali-kali, minta kuahnya banyakan. Tentu waktu kecil, saya iya iya saja.

Ditemani tetangga seusia, saya pergi membeli es. Tentu pesan itu disampaikan. Kuahnya ditambah, tetapi ketika saya membayar, si tukang es berpesan, “Besok kalau beli lagi, bawa ember, ya”. Bahkan bagi seorang anak kecil, pesan itu sangat memalukan. Ternyata minta kuah banyak itu memalukan. Wkwkwk.

Mari kita meloncat ke peristiwa yang lain. Suatu hari kantor saya dulu, kedatangan rombongan ibu-ibu dari kota kelahiran saya. Salah satunya, sahabat sekaligus tetangga tadi. Kami menggelar demo masak untuk menyambut rombongan itu.

Salah seorang peserta menghampiri saya saat istirahat, menanyakan macam-macam. Kalau si X di mana sekarang, menyebut nama seorang kakak saya. Kalau si Y, menyebut nama kakak saya yang lain.

Saya tak paham siapa si penanya yang mengenal kakak-kakak saya. Sahabat saya menjelaskan, “Itu, lo, yang menyarankan kamu bawa ember waktu beli es.” Astaga, jadi itu si penjual es. Wkwkwk…

Tetapi bukan itu soalnya. Membeli es dengan rantang besar itu sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. Saya sudah lupa. Teman saya belum. Banyak hal yang tak kita ingat, tetapi orang sekeliling kita mengingatnya. Itu sebabnya, berbuat baiklah supaya yang dikenang orang terhadap kita ya, perbuatan baik itu. Semoga.