
Antara Kentang atau Ubi Jalar, Mana yang Lebih Sehat?
Banyak yang bilang kentang atau ubi jalar baik untuk dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Keduanya tergolong kaya serat, lebih rendah kalorinya, dan kandungan vitamin dan mineralnya lebih tinggi.
Tidak seperti yang dikira oleh banyak orang, kedua jenis tanaman umbi ini berasal dari keluarga tanaman yang berbeda. Ubi jalar termasuk keluarga Convolvulaceae, sedangkan kentang berasal dari suku Solanaceae. Kentang adalah tanaman umbi batang, sedangkan ubi jalar adalah umbi akar.
Nah, bagaimana kalau keduanya dibandingkan, mana yang lebih sehat antara kentang dan ubi jalar? Benarkah kentang lebih sehat, karena tidak manis seperti ubi jalar?
Baca juga: Siapa yang Rela Bayar Rp11 Juta untuk Secangkir Kopi di Dubai?
Menurut para ahli gizi, ubi jalar, yang juga sering disebut ketela rambat, termasuk makanan yang sangat bergizi. Lauri Wright, ahli gizi dari University of South Florida, menjelaskan bahwa ubi jalar kaya akan beta-karoten, zat yang diubah tubuh menjadi vitamin A. Vitamin ini penting untuk menjaga kesehatan mata, daya tahan tubuh, serta memperbaiki sel-sel kulit.
Selain itu, ubi jalar juga mengandung vitamin C sebagai antioksidan, serta serat yang membantu pencernaan dan menjaga kadar gula darah tetap stabil. Kandungan mineral dalam tanaman umbi ini antara lain mangan dan tembaga, serta berbagai fitonutrien yang baik untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Sementara itu, kentang juga punya nilai gizi yang tidak kalah penting. Kentang kaya akan kalium, mineral yang berperan menjaga tekanan darah dan keseimbangan cairan tubuh. Selain itu, kentang juga mengandung vitamin B kompleks yang membantu metabolisme energi dan pembentukan sel darah merah.
Jadi, kentang tetap menjadi pilihan yang sehat, asal cara memasaknya tepat. Misalnya, direbus, dikukus, atau dipanggang tanpa minyak berlebih.
Mana yang Lebih Sehat?
Untuk membandingkan keduanya, pikirkan dulu kandungan nutrisi yang kamu inginkan. Kalau kamu butuh asupan vitamin A, antioksidan, dan serat, maka ubi jalar adalah pilihan terbaik. Ubi juga memiliki indeks glikemik lebih rendah, sehingga cocok buat kamu yang ingin menjaga kadar gula darah.
Baca juga: Roti Sisir, Si Jadul yang Kini Tampil dengan Topping Kekinian
Yang paling membedakan kentang dan ubi jalar adalah kandungan beta karotennya, pigmen antioksidan yang memberi warna oranye pada ubi jalar, demikian menurut Courtney Darsa, ahli gizi dan pendiri Nourishing NY.
Orang yang rutin mengonsumsi beta karoten tingkat tertinggi memiliki risiko kematian dini 17 persen lebih rendah akibat semua penyebab dibandingkan dengan kelompok yang mengonsumsi beta karoten paling sedikit, menurut sebuah studi yang diterbitkan pada Mei 2016 di jurnal Scientific Reports.
Tapi kalau kamu ingin meningkatkan kalium untuk menjaga tekanan darah atau butuh sumber energi cepat, kentang bisa jadi pilihan tepat.
Menurut Wright, cara terbaik adalah mengonsumsi keduanya secara bergantian agar tubuh mendapat manfaat dari masing-masing jenis.
Perbedaan dan Kegunaan dalam Masakan
Selain kandungan gizinya, ubi jalar dan kentang juga berbeda dari segi warna, rasa, dan tekstur. Ubi jalar biasanya punya kulit kemerahan dengan daging oranye, teksturnya lembut dan rasa manisnya khas.
Kentang punya kulit yang tipis, dagingnya kekuningan, dan rasanya lebih gurih serta lembut saat dimasak.
Baca juga: Rahasia Telur Barendo yang Gurih Renyah ala Nasi Kapau Bukittinggi
Terlepas dari kandungan nutrisinya, ubi jalar cocok untuk makanan manis seperti kolak, donat ubi, bola ubi kopong, atau goguma, roti ubi jalar ala Korea dengan isian cokelat, mozzarella, hingga cranberry cream cheese.
Sedangkan kentang lebih sering dipakai untuk hidangan gurih seperti mashed potatoes, kentang goreng, atau salad kentang.
Jadi, pada dasarnya ubi jalar maupun kentang punya keunggulan masing-masing. Kuncinya bukan memilih salah satu, tapi menikmati keduanya dalam pola makan seimbang.
Dengan variasi cara masak yang sehat, seperti direbus, dipanggang, atau dikukus, kedua jenis umbi ini bisa jadi sumber energi dan nutrisi yang sehat dan enak.
Sumber: Martha Stewart, Everyday Health