Piring Makan Tidak Habis Pun Sering Jadi Obyek Selfie. | SHUTTERSTOCK

Tandaskan Piringmu! Kalau Tidak…

author
Semy
Kamis, 31 Januari 2019 | 13:44 WIB

 

 

Saya sangat terusik kalau melihat seseorang makan tidak habis. Kesal banget liatnya seperti melihat lampu yang masih terang-benderang di sebuah ruangan ketika matahari sudah bersinar.

Mungkin karena sudah dibiasakan sejak kecil makan harus habis. Piring harus bersih. Kalau tersisa, ya, tulang atau bumbu yang terbawa dalam masakan yang memang tidak bisa disantap. Sepotong lengkuas atau serai, misalnya. Jadi, kalau makan, ibu saya selalu wanti-wanti, “Habiskan!” atau “Jangan biarkan ada nasi bertebaran. Nanti dapat pasangan yang …”

Mungkin karena seringnya itu didengungkan, saya jadi terganggu kalau lihat ada piring masih penuh makanan, tetapi minta karyawan resto untuk mengangkatnya. Atau piring yang masih separuh penuh ditaruh saja di bawah kursi. Lepas dari keelokan, pernah tidak, ya, membayangkan mereka yang masak atau menyiapkan melihat hasil karyanya dibuang separuh?

Tega Melihat Sisa Makanan Langsung Terbuang? | SHUTTERSTOCK

 

Kalau tidak enak, tidak suka, gimana, dong? Waktu diambil, kan, tidak tahu makanannya tidak enak. Nah, itu, cobalah dulu sedikit kalau tak yakin sehingga makanan tak enak itu mampu kita telan. Saya punya teman yang kalau makan tak enak, lantas tak habis, terus bilang, “Maaf, deh. Gak habis. Enggak enaknya minta ampun.”

Sekali lagi, saya sangat terusik kalau orang makan, piringnya tak bersih. Jadi, biar sudah minta maaf, sulit memaafkan (emang gw pikirin kalau lu gak maapin. Wk wk wk). Apalagi kok, ya, sering banget minta maaf karena tak habis.

Dulu (cerita dulu-dulu selalu mengasyikkan) ketika bekerja di media, kami sering betul mendapat undangan peluncuran menu baru di sebuah resto atau hotel. Kalau meminta seorang teman datang memenuhi undangan, saya pasti berpesan, piringnya mesti tandas, ya. Lalu ada tambahan, “Ingat kamu datang bukan pribadi, tetapi wakil institusi!”

Maksudnya jaga perilaku supaya nama institusi tak cemar. Dituruti tidaknya, saya juga tak paham. Karena bagi banyak orang, elok-elok saja makan tak dihabiskan. Alasannya bisa tak suka, kenyang, atau apa saja.

Makanan Habis, Yang Masak Pun Senang. | SHUTTERSTOCK

 

Pernah kepada teman di kantor yang makan tidak habis, saya bilang, “Di Afrika orang kelaparan, lo” Lalu ia menjawab separuh bercanda,”Mbak tolong antar deh, ke Afrika!”

Nah, kan. Sulit menerapkan kebiasaan kita, meski baik, kepada orang lain. Sebagian orang merasa tak perlu berprilaku seperti kita. Sebagian lagi gengsi mengikuti saran orang. Sebagian lagi tak bisa paham kenapa harus melakukan hal yang kita sarankan. Hidup, kok, banyak aturan.

Kenapa tiba-tiba membahas perihal makan tak habis? Itu dia, saya selalu terusik dengan piring yang isinya masih bertebaran padahal makannya sudah selesai. Dan itu terjadi kemarin ketika kami lunch meeting. Dalam hati, terima kasih pada orang tua yang sudah mendidik saya, mengingatkan saya untuk menandaskan isi piring setiap makan.

 

Baca juga:

Segalanya Diawali Dari Sarapan (Nikmat)

Omelet dengan Salad Segar, Siapa Yang Bisa Menolak Menu Sarapan Ini? | SHUTTERSTOCK

Keajaiban Mi Instan

Mi Instan Yang Tidak Pernah Kehilangan Fans | SHUTTERSTOCK