Bijaklah Dengan Sampah Plastik
Kalau sayang anak cucu, hindari plastik! Tak perlulah melihat data statistik berapa sampah plastik di negeri kita bahkan di seluruh dunia sekarang. Dan karena tak bisa hancur, berapa jumlahnya 20-30 tahun mendatang.
Jangan-jangan karena begitu penuhnya, kelak anak cucu kita harus tidur bersama plastik yang menggunung. Amit-amit. Masak, sih, sampai begitu. Bisa saja kalau kita terus saja bergantung pada kantung plastik, pada plastik keresek kecil walau hanya membeli satu strip obat sakit kepala.
Karena sudah sejak lahir kita bergantung pada plastik, tentu sulit melepaskan diri dari barang ini. Laptop yang kita gunakan untuk bekerja juga plastik bahannya. Bagaimana kita membuang sampah kalau bukan di dalam kantung plastik? Betul, dalam beberapa hal memang kita tak bisa menghindari plastik.
Saya memilih bijak menggunakan plastik sebab dihindari sama sekali rasanya tak mungkin. Setiap mau menggunakan, yakinkan dulu bahwa memang tak ada bahan non-plastik yang bisa menggantikan. Kalau tak bisa, apa boleh buat.
Apa, sih, yang bisa dihindari? Banyak, lo. Saat belanja, gunakan tas belanja dari rumah. Kalau mau belanja banyak, ya, bawa kantung belanja yang banyak. Bawalah botol minum ke mana-mana daripada harus membeli minuman dalam kemasan, gelas plastik dan sedotan. Konon, air di dalam minuman kemasan sudah tercemar mikroplastik yang mengancam kesehatan kita.
Cara lain, miliki rantang untuk membeli makanan siap hidang. Bukankah dulu juga begitu? Kalau mau beli bakso, saya dibawakan Ibu rantang. Ada yang tak bersusun, ada yang susun satu, dua, atau tiga. Mari hidupkan kebiasaan ini lagi.
Klik di sini untuk cerita unik saya tentang rantang.
Kemarin di kantor ada teman yang membeli kantung dari bahan singkong. Senang melihat banyak orang mulai sadar menghindari plastik. Buat apa, tanya saya. Buat plastik sampah. Teman yang lain menukas, mahal, ya, sayang kalau untuk dibuang. Lebih mahal lagi kalau bumi kita makin cemar. Kalau tertarik, bisa cek website mereka di www.telobag.com.
Ngomong-ngomong soal bumi yang tercemar, dalam banyak hal, kita terkesan mudah mencemari lingkungan karena dampak perbuatan kita belum terasa atau dampak buruknya sudah ada, tetapi bertambahnya sedikit demi sedikit sehingga tak terasa.
Atau bisa jadi kita tak peka oleh keadaan. Makanya ketika menginap di hotel, AC dibiarkan saja menyala ketika pergi keluar. Caranya dengan menyelipkan pengganjal di tombol AC. Biar dingin ketika pulang jalan-jalan. Ya, ampun…tidak merasa bersalah sama sekali. Kan, sudah bayar.
Susah mengubah kebiasaan seperti itu pada orang lain sekalipun sahabat kita. Mungkin mulai dari diri sendiri sajalah. Kebiasaan teman saya yang bawa sedotan stainless ke mana-mana patut ditiru. Bijak, yuk, pakai plastik. Selagi ada alternatif, hindari plastik. Walau mungkin perlu sedikit repot. Mengapa tidak?!