Kol goreng yang renyah dan gurih boleh saja dinikmati, asal tidak terlalu sering dan tahu batasannya. | COOKIN.ID/DIBUAT DENGAN GEMINI AI

Kol Goreng Gurihnya Nagih, tapi Pahami Resikonya Jika Dikonsumsi Berlebihan

author
K Ghaluk Verrell Widiatmoko
Kamis, 31 Juli 2025 | 16:44 WIB

Kol goreng sering menjadi pelengkap favorit dalam menu nasi uduk atau penyetan. Teksturnya yang renyah membuatnya terasa lebih nikmat, apalagi jika disantap bersama lauk seperti ayam goreng dan sambal.

Namun, di balik rasanya yang menggugah selera, konsumsi kol goreng secara berlebihan bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang tidak bisa diabaikan.

Gampang Menyerap Minyak 

Secara alami, kol atau kubis adalah sayuran yang tinggi serat, vitamin C, dan antioksidan, serta bagus buat daya tahan tubuh dan sistem pencernaan. Tetapi semua manfaat itu berkurang saat kol digoreng dengan suhu tinggi dalam minyak.

Proses penggorengan kol pada suhu tinggi memicu reaksi Maillard, yaitu reaksi kimia antara gula dan protein dalam makanan yang menghasilkan rasa gurih, aroma khas, dan warna cokelat keemasan yang menggoda. Inilah alasan kenapa kol goreng terasa lebih kaya rasa dibanding versi direbus atau dikukus.

Baca juga: Lezatnya Gohyong Makanan Khas Akulturasi Budaya Tionghoa dan Betawi

Selain itu, tekstur kol yang berlapis-lapis membuatnya buat lebih gampang menyerap minyak dan bumbu. Hal itu menjadikan kol lebih renyah dan penuh cita rasa, sehingga menjadi guilty pleasure yang susah sekali ditolak.

Risiko Jika Terlalu Sering Dimakan

Seenak-enaknya kol goreng, bukan berarti bisa dimakan setiap hari. Di balik kriuknya yang adiktif, ada sejumlah risiko kesehatan yang perlu kalian tahu, Cookiners.

Ini dia dampak kesehatan yang bisa muncul jika kamu kalian terlalu sering mengonsumsi kol goreng:

Meningkatkan Risiko Kanker

Kol yang digoreng dengan suhu tinggi bisa menghasilkan senyawa akrilamida. Ini zat kimia yang terbentuk saat makanan tinggi karbohidrat dipanaskan dalam suhu ekstrim.

WHO (World Health Organization) sendiri sudah mengklasifikasikan akrilamida sebagai zat yang bersifat karsinogenik, alias bisa meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi terus-terusan.

Mengganggu Tiroid

Kol punya senyawa alami bernama goitrogen, yang bisa mengganggu penyerapan yodium dalam di tubuh. Dampaknya, fungsi tiroid bisa terganggu, metabolisme jadi lambat, dan tubuh jadi gampang lelah.

Kolesterol Naik dan Risiko Penyakit Jantung

Struktur kol yang berlapis-lapis membuat dia menyerap lebih banyak minyak sehingga membuatnya tinggi kalori. Mengonsumsinya secara berlebihan bisa membuat berat badan naik, kolesterol melonjak, dan tekanan darah tinggi.

Baca juga: Baru Tahu, Ternyata Ini Beda antara Choi Pan Dan Ci Cong Fan!

Belum lagi jika pemilik warung menggunakan minyak bekas pakai berulang-ulang untuk membuat kol goreng. Minyak bekas mengandung lemak trans dan radikal bebas, yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah.

Gangguan Pencernaan

Kol memang sayuran yang mengandung serat, tetapi jika digoreng dengan suhu tinggi, seratnya bertemu dengan minyak yang susah dicerna tubuh. Kombinasi ini bisa membuat Cookiners gampang kembung, begah, bahkan diare jika sistem pencernaan kamu lagi sensitif.

Bikin Kol Goreng yang Lebih Sehat

Kol goreng masih boleh kok dikonsumsi, tapi batasi frekuensinya dan perhatikan pengolahannya. Pasalnya, suhu panas akan merusak kandungan vitamin dan mineral pada kol. 

Berikut cara mengolah kol goreng yang lebih sehat: 

• Gunakan minyak baru untuk menggoreng. 

• Goreng dengan api sedang, namun pastikan minyak sudah cukup panas sebelum memasukkan kol ke dalamnya. Suhu yang terlalu panas akan membuat kol gosong dan berpotensi meningkatkan kadar akrilamida.

• Jadikan kol goreng sebagai pelengkap saja, bukan menu utama yang dikonsumsi rutin setiap hari.

• Imbangi dengan makanan sehat lainnya. Tambahkan sayur segar, buah, atau sumber serat lain untuk menjaga keseimbangan nutrisi.

Baca juga: 6 Variasi Soto Kuah Bening yang Gurih dan Segar, Cocok buat Comfort Food

Masih ada beberapa cara untuk tetap menikmati olahan kol tanpa harus memikirkan risiko kesehatannya. Ini dia opsinya:

• Tumis cepat dengan sedikit minyak sehat. Gunakan minyak zaitun atau minyak kanola. Tumis kol sebentar saja agar tidak menyerap minyak berlebihan.

• Panggang kol dalam oven. Coba panggang kol dengan rempah seperti lada hitam, bawang putih bubuk, atau oregano. Cookiners bisa mendapatkan rasa gurih tanpa harus menggorengnya dengan minyak banyak dan panas.

• Kukus atau rebus, lalu campurkan dengan sambal. Kol rebus yang disajikan dengan sambal terasi, misalnya, tetap nendang rasanya tanpa membebani tubuh.

Mengolah kol dengan cara yang minim minyak dan tanpa suhu ekstrem bisa mempertahankan kandungan nutrisinya, sekaligus menghindari pembentukan zat berbahaya.

Intinya, makanan yang sehat tidak harus hambar. Dan makanan yang enak, tidak harus bikin kamu khawatir.

Sumber: Hello Sehat, Alodokter, WHO