Makanan di pesawat seperti ini tidak dimasak di atas pesawat, melainkan disiapkan secara khusus oleh inflight catering yang menjadi rekanan maskapai penerbangan. | SHUTTERSTOCK/NORIKKO

Perjalanan Panjang Kofta dan Risotto sampai di Meja Pesawatmu

author
Dini Adica
Rabu, 17 September 2025 | 16:19 WIB

Pesawat kelas ekonomi rute domestik biasanya menyediakan layanan makanan gratis untuk penerbangan di atas 1,5 jam. Kebanyakan sih, kamu bisa mendapatkan roti, keripik, atau membeli mi instan dalam paper bowl. Tapi di penerbangan internasional, biasanya kamu mendapat sajian makanan lengkap dari appetizer hingga dessert.

Khao tom talay, gyu yakiniku, hingga risotto truffle, yang kita santap di atas penerbangan jarak jauh Singapore Airlines atau Emirates, misalnya, tidak dimasak langsung di pesawat. Ada semacam central kitchen yang menjadi tempat memasak makanan untuk penumpang. Kemudian, makanan itu dipanaskan sebelum disajikan untuk penumpang.

Adapun maskapai penerbangan biasanya memiliki perusahaan katering khusus (inflight catering) untuk menyiapkan makanan bagi penumpang. Menurut Precedence Research, pada tahun 2025 saja industri katering makanan pesawat bernilai sekitar USD 21 miliar (sekitar Rp344 triliun). Luar biasa, kan?

Baca juga: 3 Resep Banana Coffee yang Viral di Korea, Creamy Banget Rasanya!

Siapa yang Menyediakan Makanan Pesawat?

Sebagian besar makanan pesawat disediakan oleh tiga perusahaan utama, yaitu GateGroup (Swiss), Flying Food Group (Amerika), dan LSG Sky Chefs (Jerman).

GateGroup berdiri sejak 1931 sebagai bagian dari maskapai penerbangan Swissair, dan sekarang beroperasi di lebih dari 60 negara. Flying Food Group berdiri pada 1983 dan melayani hampir 40 negara.

Sedangkan Sky Chefs awalnya didirikan oleh American Airlines tahun 1942, tetapi kemudian diakuisisi oleh LSG (anak usaha Lufthansa) pada 2001. LSG sendiri sekarang memproduksi lebih dari 300 juta makanan pesawat per tahun.

Di Indonesia, ada Aerofood ACS, penyedia in-flight services milik Garuda Indonesia. Selain menyediakan katering untuk penerbangan Garuda Indonesia, Aerofood ACS juga melayani katering dan perbekalan bagi penerbangan kenegaraan, VVIP & VIP, penerbangan charter, private jet, serta penerbangan haji dan umroh.

Perusahaan yang sudah berdiri selama 50 tahun ini juga melayani 40 maskapai penerbangan, baik domestik maupun dan Internasional. Setiap hari, Aerofood menyediakan 50.000-70.000 porsi makanan untuk lebih dari 400 penerbangan. Dapurnya pun beroperasi selama 24 jam nonstop.

Baca juga: Tempe Orek Masuk Daftar Best Vegetable Dishes di Taste Atlas, Ini Resep versi Basah dan Kering!

Nah, dengan kapasitas produksi sebesar itu, wajar kalau makanan ini dibuat di fasilitas khusus dekat bandara, bukan di dalam pesawat. Untuk menjaga kualitas makanan, ada sejumlah proses persiapan yang harus dipenuhi.

Menurut Shift Indonesia, setelah pemasakan (cooking), ada pendinginan (chilling), kemudian penjagaan kualitas dan kondisi dingin (maintaining), baru pemanasan kembali (re-heating) dan penyajian (serving). Kualitas makanan pun harus tetap dijaga oleh tim quality control.

Setiap bahan makanan harus benar-benar steril, karena dalam proses pengolahan makanan rentan terkontaminasi bakteri. Karena itu, pihak katering harus selalu menyimpan bahan makanan dalam lemari pendingin dengan suhu yang konsisten dan terstandar.

Untuk menjaga suhu tersebut, inflight catering menggunakan cold storage dan dry ice. Aerofood ACS selain memiliki cold storage berkapasitas besar, juga menghabiskan hingga dua ton dry ice dalam sehari untuk menjaga kualitas makanan tetap kondisi aman. Bayangkan sendiri jika pesawat mengalami delay dalam waktu yang panjang!

Baca juga: Gurih Pedas Tahu Tempe Ulet-Ulet buat yang Bosan Pecel. Recook, Yuk!

Menu Tergantung Rute dan Musim

Pilihan makanan yang disajikan oleh inflight catering tidak hanya ditentukan oleh kelas penerbangan, tetapi juga rute, budaya lokal, waktu tempuh, dan musim. Misalnya, penerbangan dengan rute Asia mungkin menyajikan menu dengan cita rasa lebih oriental. Masukan dari penumpang juga bisa membuat menu diubah dari waktu ke waktu.

Penumpang juga bisa memesan special meals kalau punya preferensi atau kebutuhan diet tertentu. Biasanya harus dipesan minimal 48 jam sebelum terbang. Beberapa kode standar yang sering kamu lihat misalnya: AVML (Asian Vegetarian Meal), GFML (Gluten-Free Meal), KSML (Kosher Meal), atau VGML/VVML (Vegetarian/Vegan Meal).

Pada dasarnya, Garuda Indonesia menawarkan beragam masakan Indonesia dan internasional. Contohnya nasi goreng, sate, dan rendang, serta pilihan hidangan Barat seperti pasta dan ayam panggang. Namun maskapai ini juga menawarkan berbagai menu khusus untuk penumpang rute internasional. Dari Gluten Intolerance Meal, Diabetic Meal, Low Calorie Meal, dan lain sebagainya.

Jadi, kapan pun kamu menikmati menu makanan pesawat, kemungkinan besar makanan itu sudah dimasak jauh sebelumnya oleh juru masak di dapur khusus katering penerbangan. Ternyata, rumit sekali ya, logistik di balik seporsi steak ayam maskapai favoritmu?

Sumber: Islands.com, Aerowisatafood.com, ShiftIndonesia.com